KENAIKAN harga bahan pokok sudah berlangsung sejak sebulan lalu. Di mana secara persentase kenaikan harga mencapai 5-15 persen. Kaltim Post sempat mendatangi pasar tradisional di Balikpapan, yakni Pasar Pandansari dan Pasar Klandasan.

Selain harga cabai rawit yang naik dari Rp 55 ribu per kilogram dan kini menjadi Rp 70-75 ribu per kilogram. Lonjakan harga paling dirasakan oleh masyarakat ialah beras. “Dua pekan lalu, stok beras per karung dari Rp 245 ribu. Sekarang, sudah Rp 324 ribu per 25 kilogramnya,” ucap Nariyah, salah seorang pedagang.

Namun, stok yang dimilikinya telah habis. Sehingga, ia terpaksa mulai mengikuti harga terbaru. Harga sekarung beras 25 kilogram kini berada di kisaran Rp 275-325 ribu. Adapun gula per kilogram berada di harga Rp 12,5 ribu hingga Rp 14 ribu. Lalu, minyak goreng mulai 500 mililiter dihargai Rp 10,5 ribu dan 2 liter dihargai Rp 75 ribu.

“Beras yang paling dicari itu biasanya merek Ketupat dan Melati. Namun, kini stoknya juga tidak ambil banyak karena harganya sudah mahal. Itu pun dari Surabaya jumlahnya enggak banyak. Habis diborong sama pedagang lainnya,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Balikpapan Sri Wahjuningsih menuturkan, harga sayuran oleh petani lokal ikut terkerek. Itu disebabkan adanya kenaikan harga pupuk bersubsidi.

Yang membuat petani terpaksa harus mengubah harga pada beberapa komoditas hortikultura dari hasil lahan pertanian mereka.

Perempuan yang akrab disapa Yuyun itu mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya agar menjaga inflasi tidak tinggi dengan mendorong masyarakat bisa memanfaatkan lahan pekarangan.

Sehingga, masyarakat tidak perlu lagi khawatir kala harga cabai meroket. Bibit tanaman pun disediakan oleh dinas dan diberikan secara gratis kepada masyarakat. “Mau tidak mau petani harus menaikkan harga jual. Bila tidak, pasti mereka rugi. Untuk saat ini, kita pun masih bergantung pasokan dari luar daerah. Utamanya, sayuran dari dataran tinggi,” ujarnya. (rom/k15)

ULIL

ulil.khaz@gmail.com