
Oleh: Ilham Mudari
Staf Bank Indonesia Balikpapan
DILANSIR dari laman Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), sebagai negara tropis dengan karakteristik geografis kepulauan, di tahun 2023 Indonesia memiliki potensi aneka energi terbarukan (hidro, surya, angin, dan arus laut) yang besar dan sangat potensial.
Di mana disebutkan, berdasarkan buku statistik EBTKE, total potensi energi hidro di Indonesia mencapai 94,47 gigawatt. Adapun total potensi energi surya dan angin masing-masing mencapai 207,9 gigawatt dan 60,64 gigawatt. Ini semakin menegaskan bahwa Indonesia punya peluang besar untuk mentransisikan diri menjadi negara yang siap beralih, dari energi fosil, menuju sumber energi yang ramah lingkungan.
Potensi yang sedemikian besarnya ini, seyogianya, harus dimanfaatkan oleh negara. Agar tidak menjadi sia-sia bila tidak serius dalam menanganinya. Maka perlu perencanaan yang matang dan berkelanjutan. Bahkan bila diperlukan, negara bisa mencari investor yang siap baik dalam aspek tata kelola hingga pendanaan.
Terlebih lagi, isu perubahan iklim kian ramai diteriakkan. Riuh rendah telah disuarakan dalam beberapa dekade, namun sedikit yang bereaksi. Dampaknya semakin nyata dengan berubahnya pola musim tanam, menghangatnya suhu permukaan bumi, turunnya debit air tawar di berbagai belahan dunia, hingga kualitas udara yang makin memprihatinkan. Jadi, perlu ada aksi nyata meski perlu kerja ekstra.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah bersama Bank Indonesia, Kementerian Investasi/BKPM, IIPC Tokyo, KBRI Tokyo dan Nikkei bertemu dalam sebuah kegiatan bertajuk Indonesia Investment Forum. Kegiatan ini berlangsung 4–7 November lalu di Jepang. Kegiatan tersebut menjadi ajang pengenalan dan penawaran proyek investasi di Indonesia.
Dari sembilan proyek yang ditawarkan, tiga di antaranya merupakan proyek di sektor energi terbarukan. Adapun ketiga proyek energi terbarukan tersebut adalah Bakung Waste to Refuse Derived Fuel (RDF) di Lampung, Waste Management System dan Hiroelectric Power Plant yang keduanya berlokasi di Kalsel. Yang turut berbangga, karena dua proyek strategis ini berkedudukan di Pulau Kalimantan.
Mengapa ditawarkan kepada investor Jepang? Indonesia dan Jepang berkomitmen menjadi inisiator konsep Asia Zero Emission Community (AZEC). Asia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global akan menjadi penggerak perekonomian dunia, sekaligus menjadi contoh dalam mewujudkan proses transisi energi yang berkelanjutan.
AZEC adalah sebuah platform yang terdiri dari negara-negara Asia yang mempromosikan dekarbonisasi. Dengan memanfaatkan secara maksimal sumber daya dan pengalaman Jepang, yang mana memberikan dukungan keuangan, teknologi dan sumber daya manusia serta melalui koordinasi kebijakan dengan negara mitra.
Konsep AZEC juga bertujuan melakukan transisi energi yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara, bersama dengan negara Asia yang secara aktif berupaya menuju netralitas karbon, namun juga menghadapi tantangan serupa dengan Jepang dalam dekarbonisasi.
Sebab, isu perubahan iklim tidak akan selesai bila semua pihak saling tuding dan menunggu untuk menyelesaikannya. Perlu langkah dan aksi nyata, supaya dekarbonisasi dapat segera diakselerasi. Karena, bumi ini sejatinya titipan dari anak cucu. Alangkah malunya bila mewariskan indahnya bumi dan seisinya, hanya lewat kata-kata di buku cerita.
Pemerintah bersama Bank Indonesia pun akan selalu bergandengan tangan, memanggil banyak investor global, agar mau berinvestasi dan meningkatkan geliat bisnis energi terbarukan di bumi pertiwi. (ndu/k15)
Ulil
Yin.khazan@gmail.com
LATEST NEWS
Sekwan : Rotasi dan Mutasi Hal Biasa
29 November 2023
Tingkatkan Kesadaran Warga
29 November 2023
Komitmen Bangun Kawasan Tanpa Rokok
29 November 2023
