alexametrics Cegah Tengkes dengan Makanan Bergizi

Cegah Tengkes dengan Makanan Bergizi

Selasa, 19 September 2023 22:49

cegah-tengkes-dengan-makanan-bergizi

Oleh: Linawati SPd

(Guru SD 006, Loa Janan Ilir, Samarinda)

 

 

PEMICU terjadinya risiko tengkes (stunting) adalah multifaktorial. Penyebab paling utama adalah kekurangan gizi kronis pada awal 1.000 hari pertama kehidupan yaitu sejak awal kehamilan (konsepsi) hingga anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berupa kurangnya jumlah asupan makanan, atau kualitas makanan yang kurang baik, seperti kurangnya variasi makanan. Faktor lain yang turut berperan dalam risiko tengkes antara lain kesehatan ibu selama kehamilan, pola asuh dan kesehatan anak atau kekerapan mengalami penyakit infeksi, kondisi sosio-ekonomi serta lingkungan.

Menurut dr Dian, penyakit infeksi dapat menurunkan penyerapan zat gizi dari usus, kehilangan zat gizi secara langsung, misalnya pada diare, dan peningkatan kebutuhan zat gizi untuk pemulihan, sehingga zat gizi tidak dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

Kondisi tengkes memberi dampak buruk bagi seorang anak, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Anak dengan kekurangan gizi kronis di awal kehidupan, perkembangan otaknya terhambat hingga kemampuan kecerdasan dan performa edukasinya kelak akan lebih rendah dibanding anak yang tidak tengkes. Selain itu, pertumbuhan tinggi dan komposisi otot tubuhnya akan terhambat yang pada akhirnya menurunkan sistem kekebalan tubuh (lebih mudah sakit) dan performa kerja di masa dewasa.

Kekurangan energi dan zat gizi akan memaksa proses metabolisme tubuh untuk beradaptasi, sehingga berisiko meningkatkan penyakit-penyakit metabolik di masa dewasa. Di antaranya, diabetes, obesitas, dan darah tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan, tengkes akan berdampak pada kualitas hidup seorang anak di masa dewasanya.

Cegah Tengkes

Pemenuhan gizi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, menjadi upaya pertama dalam menghindari tengkes. Pemenuhan gizi tersebut meliputi gizi selama kehamilan dan masa kanak-kanak hingga usia dua tahun. Kesehatan ibu hamil dan anak juga harus dijaga dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga mengurangi kekerapan terjadinya infeksi pada ibu hamil dan masa kanak-kanak.

Pemantauan tumbuh-kembang anak secara berkala juga perlu dilakukan, baik sejak dalam kandungan, setiap bulan setelah kelahiran hingga berusia dua tahun. Kemudian 6–12 bulan setelah berusia dua tahun, agar dapat segera dideteksi bila terjadi keterlambatan pertumbuhan untuk diintervensi.

Zat gizi penting untuk pertumbuhan, terutama protein, dan mikronutrien antara lain zinc, yodium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, asam folat. Kebutuhan energi harus tercukupi agar protein tidak dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh tubuh dan bisa digunakan untuk pertumbuhan. Selain jumlah yang cukup, perlu diperhatikan kualitas dan keberagaman jenisnya agar zat gizi yang terdapat dalam makanan lengkap sesuai kebutuhan.

Mengingat nutrisi 1.000 hari pertama kehidupan dibutuhkan sejak awal kehamilan, sementara kita tidak dapat mengetahui kapan tepatnya kehamilan terjadi, maka ada baiknya kebutuhan zat gizi di sepanjang masa kehidupan perlu diperhatikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi gizi pada remaja putri. Sebab, masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat terakhir sebelum dewasa, agar mencapai tinggi badan optimal. Selain itu, diperlukan intervensi gizi sejak seorang perempuan dengan tinggi badan kurang dari 150 cm menikah agar asupan zat gizi anaknya terpenuhi sejak awal kehamilan. (pms/far/k16)