alexametrics Menanti Keseriusan Hilirisasi Sawit

Menanti Keseriusan Hilirisasi Sawit

Senin, 20 November 2023 21:10

menanti-keseriusan-hilirisasi-sawit

Meski memiliki produksi yang cukup besar, pemerintah daerah masih kesulitan menghadirkan industri hilir minyak kelapa sawit. Banyak tantangan yang dihadapi, salah satunya belum beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK-MBTK).

 

SAMARINDA - Kawasan Maloy sejatinya paling cocok untuk mengembangkan hilirisasi crude palm oil (CPO). Namun sayang, para pengusaha enggan masuk ke sana karena menganggap infrastruktur masih minim. Padahal secara letak Maloy paling strategis. Ada beberapa produk hilirisasi yang bisa dikembangkan, seperti biodiesel, gliserol, ethylene glycol, asam stearat/palmitat, asam lemak, lemak nabati non-makanan, bahan kimia pewangi, bahan kimia kosmetik, bahan sabun, surfaktan.

Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kaltim Azmal Ridwan mengatakan, salah satu faktor penghambat hilirisasi di Kaltim adalah belum beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy yang seharusnya menjadi pusat hilirisasi sawit.

“KEK Maloy yang terletak di Kutai Timur telah direncanakan sebagai kawasan industri yang dapat menampung produksi sawit dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur. Namun, hingga sekarang, kawasan tersebut belum memiliki tindak lanjut yang jelas,” ungkapnya, Minggu (19/11).

Dia menjelaskan, KEK MBTK diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk sawit, seperti minyak goreng, sabun, kosmetik, biodiesel, dan lain-lain. Hal ini dinilai merugikan industri sawit di Kaltim karena produk mentah memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan produk olahan. Hilirisasi sawit menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan industri sawit di Kaltim.

Industri hilir dianggap paling dibutuhkan Kaltim untuk memperbaiki struktur ekonominya. Sayangnya, menuju masa depan tersebut masih banyak kendala. “Maloy ini sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi pusat hilirisasi sawit yang dapat menampung produksi sawit dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur. Dengan begitu, Kaltim dapat menjadi pusat industri sawit yang potensial,” jelasnya.

Menurutnya, penting untuk mengembangkan dan memperluas produksi sawit secara berkelanjutan, terutama karena Indonesia adalah eksportir terbesar produk sawit. Sehingga, kawasan ini perlu terus diperluas dan hasil produksinya harus tetap di Kaltim. Sebab, sawit memiliki keunggulan dalam hal kemampuan penanaman kembali dan berkelanjutan.

Dalam waktu tiga tahun, sawit dapat dipanen kembali, yang mendukung keberlanjutan dan sumber daya yang dapat diperbaharui. “Oleh karena itu, sawit menjadi pilihan yang sulit digantikan oleh komoditas lain. Penting untuk menciptakan iklim investasi yang stabil dan mendukung pertumbuhan sektor sawit di Kaltim, mengingat potensi keberlanjutan yang dimilikinya dan belum ada alternatif yang sebanding dalam hal keberlanjutan di sektor tersebut,” pungkasnya. (ndu/k15)

Catur Maiyulinda

@caturmaiyulinda