BALIKPAPAN - Transaksi komersial antara PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dengan perusahaan migas asal Italia, Eni ditargetkan tuntas akhir Mei 2023. Eni dipastikan bakal menggantikan operator sebelumnya sebagai pengelola Indonesia Deepwater Development (IDD) di wilayah Kalimantan-Sulawesi (Kalsul).

Sembari menunggu kesepakatan kedua perusahaan, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Kalsul Azhari Idris menyampaikan, pihaknya tengah mempersiapkan semua skenario. Termasuk terkait penyaluran hasil gas dari IDD. "Apakah gas tersebut akan dialirkan melalui jaringan pipa ke PHM (Pertamina Hulu Mahakam) atau PHKT (Pertamina Hulu Kalimantan Timur)," ujar Azhari, kemarin (23/5).

Keberadaan IDD merupakan pengharapan bagi industri hulu migas di Kalimantan. Dikarenakan ketersediaan cadangan migas yang tersimpan masih cukup besar. Bila dioperasionalkan, diprediksi mampu memproduksi 800 MMSCFD, sehingga mampu menambah produksi yang sudah ada. "Kalau diproduksikan kita bisa menambah lagi tangki di Badak LNG," sebutnya.

Proses jual-beli aset tidak ada di pemerintahan, melainkan secara business to business. Sehingga, ia belum mengetahui kabar terbaru. Menurut informasi, saat ini, proses diskusi kedua belah pihak memasuki tahapan finalisasi.

SKK Migas pun menargetkan pada semester I 2023 sudah ada keputusan yang bisa diambil. Hadirnya Eni melanjutkan pengembangan IDD tahap II dikatakan membuat biaya investasi proyek dapat ditekan, pasalnya Eni telah memiliki fasilitas yang bisa diintegrasikan. Proyek IDD tahap II Gendalo-Gehem ditaksir bisa mendatangkan investasi USD 18 miliar.

"Lapangan IDD cukup prospektif, termasuk minyak bisa diproduksi hingga 25-30 barel per hari. Fasilitasnya pun tinggal diintegrasikan. Semoga akhir Mei ini bisa segera deal dan kelanjutan operatorship berjalan kembali," harapnya. (ndu/k15)

Ulil

Yin.khazan@gmail.com